UJI LIQUIDATION OPTION HYPOTHESIS
RATNA CANDRA SARI
Universitas Negeri Yogyakarta
ZUHROHTUN
UPN Veteran Yogyakarta
ABSTRACT
Previous empirical research on informativeness of earnings has
focused on stockholders, and has not examined earnings informativeness
for stockholders and bondholders. Stockholders are residual claimants
and bondholders are fixed claimants, the informativeness of earnings
should differ for these two types of investors. When firm is financially
strong, earnings changes should be of limited relevance to bondholders,
but should be relevance to bondholders. In contrast, as the likelihood of
financial distress increase, stockholder’s limited liability allows them to
abandon the firm to bondholder and earnings change should be
increasingly important to bondholders and less important to shareholders
because earnings provide information on firm value. This suggest that the
effect of earnings to stock return should decrease as the firm’s financial
strength declines, while the effect of earnings to bond return should
increase. In contrast, when firm’s financial condition is strong, the effect of
earnings to stock return is higher than the effect of earnings to bond
return. We refer to this as the liquidation option hypothesis.
The objective of this study is to examine liquidation option
hypothesis. We use bond rating as financial condition’s measurement.
Consistent with our hypotheses, we find that the effect of unexpected
earnings to stock return is significant when firm is financially strong but
the effect of unexpected earnings to bond return is not significant. When
financial distress increase, the effect of unexpected earnings to stock
return is not significant but the effect of unexpected earnings to bond
return is significant
Key words : earnings, liquidation option hypothesis, bond returns, stock
returns, informativeness of earnings
I. PENDAHULUAN
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 (1978)
menyatakan bahwa laporan keuangan seharusnya memberikan
informasi yang berguna untuk investor dan kreditor saat ini dan
potensial untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan
lain yang sejenis. Salah satu informasi dalam laporan keuangan adalah
informasi laba, sehingga secara normatif kreditor dan investor dapat
menggunakan laba untuk keputusan investasi dan kredit.
Penelitian terdahulu berfokus pada keinformatifan laba pada
pasar saham (Ball dan Brown, 1968; Beaver dan Dukes, 1972; Sloan,
1996; Triyono) dan belum ada penelitian yang menguji perbedaan
keinformatifan laba di pasar saham dan obligasi. Obigasi dan saham
mempunyai karakteristik yang berbeda. Obligasi merupakan fixed
claims, sedangkan saham adalah residual claims. Pemegang obligasi
merupakan fixed claims karena berapa pun laba yang dihasilkan
perusahaan, mereka hanya akan menerima penghasilan berupa
pembayaran bunga dan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo,
sedangkan pemegang saham merupakan residual claims karena dividen
yang akan diterima tergantung dari besarnya laba perusahaan setelah
dikurangi untuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman bagi kreditor.
Berdasarkan perbedaan karakteristik tersebut, keinformatifan laba
seharusnya berbeda untuk pemegang obligasi dan saham.
Penelitian mengenai respons pasar obligasi terhadap unexpected
earnings announcements dilakukan oleh Datta & Dhillon (1993) dan
Hotchkiss & Ronen (1999). Penelitian Ratna dan Baridwan (2005)
menunjukkan bahwa kualitas laba berpengaruh terhadap yields
obligasi. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa laba
mempunyai kandungan informasi di pasar obligasi meskipun obligasi
merupakan fixed claims.
Pada saat kondisi keuangan perusahaan buruk, pemegang saham
mempunyai opsi likuidasi pada perusahaan karena adanya limited
liability artinya pemegang saham tidak bisa dituntut melebihi besar
modal yang disetor. Pemegang saham tidak akan menerima klaimnya
ketika kondisi perusahaan buruk dan harga saham menjadi tidak
sensitif pada perubahan laba. Pemegang saham akan melepaskan
perusahaan pada pemegang obligasi dan pendapatan pemegang obligasi
akan tergantung pada nilai perusahaan, sehingga laba menjadi lebih
informatif bagi pemegang obligasi karena laba digunakan sebagai salah
satu pengukur nilai perusahaan. Foster (1986) mengemukakan bahwa
nilai perusahaan dapat ditentukan dengan cara melakukan present
value terhadap aliran laba yang diharapkan akan diterima perusahaan.
Pada saat kondisi keuangan perusahaan baik, perubahan laba
sangat penting bagi pemegang saham karena klaim pemegang saham
akan tergantung pada besar laba yang dihasilkan perusahaan.
Sebaliknya, pemegang obligasi hanya akan menerima sebesar bunga dan
pokok pinjaman.
Plummer dan Tse (1999) menguji liquidation option hypothesis dan
prediksi teoretis yang dibentuk oleh Fisher and Verrecchia (1997).
Penelitian Plummer dan Tse menggunakan bond rating sebagai ukuran
kondisi keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat
kondisi keuangan perusahaan buruk, pengaruh laba terhadap harga
saham menurun tetapi pengaruh laba terhadap harga obligasi
meningkat. Pada saat kondisi keuangan perusahaan baik, pengaruh
laba terhadap harga saham meningkat, tetapi pengaruh laba terhadap
harga obligasi menurun.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan
sebagaii berikut. Pertama, menguji pengaruh perubahan laba terhadap
return obligasi dan return saham. Kedua, menguji liquidation option
hypothesis, yaitu menguji perbedaan pengaruh perubahan laba terhadap
return obligasi dan return saham pada saat kondisi keuangan
perusahaan baik dengan pada saat kondisi keuangan perusahaan
buruk.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para
peneliti dan akademisi. Pertama, memberikan bukti empiris pengaruh
informasi laba terhadap return obligasi dan return saham, meskipun
obligasi merupakan fixed claims. Kedua, menguji apakah keinformatifan
laba di pasar obligasi dan saham berbeda pada kondisi keuangan
perusahaan yang berbeda. Ketiga, dapat digunakan sebagai bahan
kajian dan pertimbangan serta peluang bagi para peneliti selanjutnya
untuk menyempurnakan penelitian ini. Keempat, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu
akuntansi keuangan terkait dengan pentingnya laba untuk melakukan
keputusan investasi pada sekuritas utang dan saham di Pasar Modal
Indonesia. Disamping itu penelitian diharapkan memberikan kontribusi
bagi investor institusional dan investor individual dalam memutuskan
strategi investasi yang tepat dengan mempertimbangkan pengaruh
perubahan laba pada return obligasi dan return saham.
II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena
terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar.
Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).
Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan
akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang
akan datang (Wolk et al., 2000).
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang
berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi,
kredit, dan keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan
keuangan sehingga laba seharusnya juga berguna untuk keputusan
kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai prospek perusahaan,
misalnya untuk (a) mengevaluasi performance manajemen, (b)
memperkirakan earning power, (c) memprediksi laba yang akan datang
atau (d) menilai risiko investasi, atau pinjaman pada perusahaan (FASB,
1978).
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal)
perusahaan. Satu principal atau lebih memberi wewenang dan otoritas
kepada agent untuk melakukan kepentingan principals. Manajer sebagai
pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban
menyediakan laporan keuangan cenderung akan melaporkan sesuatu
yang memaksimalkan utilitasnya dan hal ini memacu terjadinya konflik
keagenan.
Terdapat tiga macam masalah keagenan. Pertama, masalah
keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Kedua, masalah
keagenan antara pemegang saham dengan kreditor. Ketiga, masalah
keagenan antara perusahaan dengan konsumen. Penelitian ini menguji
liquidation option hypothesis yang didasarkan pada teori keagenan.
Liquidation option hypothesis mencermati masalah keagenan antara
pemegang saham dan pemegang obligasi.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa penerbitan surat
utang dapat menimbulkan masalah antara manajer, pemegang saham,
dan kreditor sebagai berikut.
(1) Jika utang naik dalam struktur modal perusahaan maka risiko bisnis
dan operasi kreditor meningkat. Akan tetapi, keputusan investasi dan
operasi tetap pada manajer dan pemegang saham. Bisa terjadi dana
dari penerbitan obligasi tidak digunakan untuk investasi pada proyek
dengan NPV positif, tetapi digunakan untuk pembayaran dividen,
sehingga perusahaan gagal membayar utang kepada kreditor. Akan
tetapi kreditor tidak dapat menuntut banyak karena ada limited
liabilty dari pihak pemegang saham, artinya pemegang saham tidak
dapat dituntut lebih besar daripada modal disetor.
(2) Manajer-pemegang saham meyakinkan pihak kreditor bahwa mereka
akan mencari investasi yang aman guna menerima tingkat bunga
pinjaman yang rendah. Selanjutnya mereka melakukan investasi
pada proyek yang berisiko tinggi karena memberikan ekspansi imbal
balik yang tinggi pula. Jika proyek berhasil, maka utang dibayar
secara penuh dan imbal hasil yang tersisa sepenuhnya akan menjadi
hak pemegang saham. Akan tetapi, jika tidak sukses, maka utang
tidak dibayar atau pemegang saham dinyatakan gagal bayar.
Akhirnya yang menderita kerugian adalah pihak kreditor karena jika
investasi sukses, hanya menerima imbal hasil tetap. Sebaliknya, bila
investasi merugi harus menerima kerugian yang sama besar dengan
pemegang saham.
Liquidation Option Hypothesis
Liquidation option hypothesis adalah prediksi teoretis yang
digunakan untuk menguji keinformatifan laba di pasar obligasi dan
saham. Hipotesis ini menguji apakah laba digunakan dalam
pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Gambar 1 berikut menunjukkan hubungan antara nilai perusahaan
dan nilai surat berharga. Sumbu horizontal menunjukkan nilai
perusahaan dan sumbu vertikal menunjukkan nilai surat berharga.
Gambar 1: Nilai Surat Berharga (Saham vs Obligasi) sebagai Fungsi
Nilai Perusahaan.
Sumber: Plummer dan Tse (1999)
F* adalah titik saat pemegang obligasi menerima klaimnya secara
penuh sebesar B*. Obligasi adalah fixed claims. Pada saat nilai
perusahaan lebih besar dari F
*
, klaim pemegang obligasi adalah tetap
yaitu sebesar B
*
, sedangkan ketika nilai perusahaan kurang daripada F
*
pemegang obligasi tidak akan menerima klaimnya secara penuh. Saham
adalah residual claims. Pemegang saham akan menerima pendapatannya
jika nilai perusahaan lebih besar daripada F
*
, jika kurang dari F
*
maka
pemegang saham tidak akan menerima apa-apa.
Stock value
Bond value
F
*
B
*
Firm Value (F)
Security Value
Bond vs Stock
Pada saat kondisi keuangan perusahaan buruk (F
perusahaan meningkat karena pemegang saham tidak bisa dituntut
melebihi besar modal yang disetor. Pada kondisi keuangan perusahaan
buruk, pemegang saham tidak menerima klaimnya dan harga saham
menjadi tidak sensitif pada perubahan laba. Pemegang saham akan
melakukan opsi likuidasi dan melepaskan perusahaan pada pemegang
obligasi. Pada kondisi ini, pendapatan pemegang obligasi akan
tergantung pada nilai perusahaan. Foster (1986) mengemukakan bahwa
nilai perusahaan dapat ditentukan dengan cara melakukan present
value terhadap aliran laba yang diharapkan akan diterima perusahaan.
Dengan demikian, laba menjadi lebih informatif bagi pemegang obligasi
karena laba digunakan sebagai salah satu pengukur nilai perusahaan.
Pada saat kondisi keuangan perusahaan kuat (F>F*), perubahan
laba sangat penting bagi pemegang saham karena klaim pemegang
saham akan tergantung pada besar laba yang dihasilkan perusahaan
sehingga laba lebih informatif bagi pemegang saham, sebaliknya
pemegang obligasi hanya akan menerima sebesar bunga dan pokok
pinjaman.
Plummer dan Tse (1999) menguji liquidation hypothesis dan
prediksi teoretis yang dibentuk oleh Fisher and Verrecchia (1997).
Plummer dan Tse (1999) mengukur kondisi keuangan menggunakan
peringkat obligasi (bond rating). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada perusahaan yang mempunyai peringkat dengan kategori spekulatif
(speculative grade), pengaruh laba terhadap return saham lebih rendah
dibandingkan pengaruh laba terhadap return obligasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada saat kondisi keuangan buruk, laba menjadi
kurang relevan untuk penilaian saham tetapi lebih relevan untuk
penilaian obligasi. Pada perusahaan yang mempunyai peringkat dengan
kategori investasi (investment grade) pengaruh laba terhadap return
saham lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh laba terhadap return
obligasi.
Dhaliwal dan Reynolds (1994) melakukan pengujian pengaruh
default risk of debt (yang diukur dengan peringkat obligasi) terhadap
keinformatifan laba di pasar saham. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa earnings responsse coefficient berhubungan negatif dengan
default risk of debt. Semakin tinggi kemungkinan kegagalan pembayaran
utang, maka laba menjadi kurang informatif di pasar saham. Hasil
penelitian tersebut dapat dijelaskan dengan liquidation option hypothesis,
yaitu risiko kegagalan utang yang tinggi akan meningkatkan
kemungkinan likuidasi, sehingga laba menjadi lebih informatif di pasar
obligasi karena dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan,
tetapi menjadi kurang informatif di pasar saham.
Review Penelitian Terdahulu dan Hipotesis
Tujuan investor dan kreditor menggunakan informasi laba adalah
untuk menilai risiko investasi atau pinjaman pada perusahaan, sehingga
secara normatif laba seharusnya berguna tidak hanya untuk pemegang
saham tetapi juga untuk pemegang obligasi dalam membuat keputusan
kredit. Penelitian Ball dan Brown (1968), Beaver dan Dukes (1972),
dan
Sloan (1996) menunjukkan bahwa laba mempunyai information content
di pasar saham. O’Bryan (1999), Khurana dan Raman (2003), Bhojraj
dan Swaminathan (2003), Baridwan dan Ratna (2005) menguji pengaruh
laba terhadap return obligasi, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
laba berguna untuk pengambilan keputusan kredit.
H1 : Perubahan laba berpengaruh terhadap return saham.
H2 : Perubahan laba berpengaruh terhadap return obligasi
Obligasi merupakan fixed claims dan saham merupakan residual
claims. Perbedaan karakteristik saham dan obligasi menyebabkan
keinformatifan laba berbeda di pasar obligasi dan saham. Pada saat
kondisi keuangan baik, pemegang obligasi kurang memperhatikan laba
karena obligasi merupakan fixed claims tetapi laba menjadi informatif
bagi pemegang saham. Semakin tinggi laba, semakin tinggi pula
pendapatan yang akan diterima pemegang saham. Sebaliknya, pada saat
kondisi keuangan perusahaan buruk, laba menjadi lebih informatif bagi
pemegang obligasi dibandingkan dengan pemegang saham. Adanya
limited liability bagi pemegang saham menyebabkan pemegang saham
tidak dapat dituntut melebihi modal yang disetor. Pendapatan pemegang
obligasi sangat tergantung pada nilai perusahaan. Laba menjadi lebih
informatif bagi pemegang obligasi karena laba dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan.
Penelitian ini ingin menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh
laba terhadap return obligasi dan saham pada kondisi keuangan baik
dan kondisi keuangan buruk.
Hipotesis ketiga yang diajukan adalah sebagai berikut.
H3 : Pengaruh perubahan laba terhadap return saham ketika kondisi
keuangan perusahaan baik lebih tinggi dibandingkan pengaruh
perubahan laba terhadap return saham ketika kondisi keuangan
perusahaan buruk.
H4 : Pengaruh perubahan laba terhadap return obligasi ketika kondisi
perusahaan baik lebih rendah dibandingkan pengaruh perubahan
laba terhadap return obligasi ketika kondisi keuangan perusahaan
buruk.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan saham dan obligasi. Penelitian ini
menggunakan periode pengamatan tahun 2001—2005 karena pada
periode tersebut volume perdagangan obligasi di pasar sekunder mulai
aktif dan emisi obligasi mengalami peningkatan. Pemilihan sampel yang
akan diuji dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria
tertentu. Kriteria yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
(1) Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur
yang menerbitkan saham dan obligasi. Pemilihan perusahaan
manufaktur dimaksudkan untuk mengurangi bias yang timbul dari
perbedaan jenis perusahaan terkait dengan aktivitas utamanya.
(2) Obligasi yang termasuk dalam sampel adalah obligasi yang
mempunyai fixed rate coupon selama periode pengamatan.
(3) Obligasi tersebut masih beredar atau belum jatuh tempo dan tercatat
di Over The Counter Fixed Income Service (OTC FIS) di bursa Efek
Surabaya sehingga bisa diperoleh data harga rata-rata tertimbang
obligasi yang berlaku.
(4) Obligasi tersebut di-rating oleh PT PEFINDO atau PT Kasnic Credit
Rating Indonesia.
(5) Perusahaan yang menerbitkan obligasi dan saham mempunyai
laporan keuangan lengkap selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang digunakan dalam
penelithan ini terlihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Proses seleksi sampel
1 Perusahaan manufaktur yang menerbitkan saham dan
obligasi. (termasuk sampel penelitian)
160
2 Perusahaan menerbitkan obligasi yang tidak memenuhi
kriteria sbb:
- Obligasi mempunyai fixed rate coupon selama periode
pengamatan.
-
Obligasi tersebut masih beredar atau belum jatuh tempo
dan tercatat di Over The Counter Fixed Income Service (OTC
FIS) di bursa Efek Surabaya sehingga bisa diperoleh data
harga obligasi yang berlaku.
- Obligasi tersebut di-rating oleh PT PEFINDO atau PT Kasnic
59
Credit Rating Indonesia.
(tidak termasuk sampel)
3 Perusahaan yang menerbitkan obligasi dan saham mempunyai
laporan keuangan lengkap selama periode pengamatan.
(tidak termasuk sampel)
9
4 Jumlah sampel
92
Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen dari penelitian ini adalah return saham dan
return obligasi. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Return
saham adalah perubahan harga saham selama periode pengamatan atau
secara sistematis dirumuskan sebagai berikut.
Rit =
1
1
−
−
−
it
it
it
P
P
P
Keterangan:
R
it
adalah return saham perusahaan i pada periode t
P
it
adalah harga saham perusahaan i pada periode t
P
it-1
adalah harga saham perusahaan i pada periode t-1
Return obligasi adalah hasil yang diperoleh kreditor dari obligasi yang
dimiliki. Pengukuran return obligasi menggunakan current yields.
Current yields adalah besar coupon obligasi relatif terhadap harga
pasarnya (Faerber, 2001):
Current yields =
t
t
p
c
Keterangan:
C
t
: bunga obligasi pada tahun t
P
t
: harga obligasi pada tahun t
Variabel independen dalam penelitian ini adalah unexpected
earnings. Unexpected earnings atau laba kejutan adalah selisih antara
laba sesungguhnya dengan laba ekspektasian. Laba ekspektasian
diperoleh dengan mengestimasi laba periode berjalan sama dengan laba
periode sebelumnya. Unexpected earnings diukur dengan rumus sebagai
berikut:
it
UE
=
1
1
−
−
−
it
it
it
E
E
E
Keterangan:
UE
it
= laba kejutan perusahaan i pada periode t
E
it
= laba akuntansi perusahaan i pada periode t
E
it-1
= laba akuntansi perusahaan i pada peioda t-1
Pengujian liquidation option hypothesis menggunakan peringkat
obligasi sebagai ukuran kondisi keuangan perusahaan. Peringkat
obligasi telah secara luas digunakan sebagai pengukur risiko default dan
kondisi keuangan perusahaan (Plummer dan Tse: 1999). Perusahaan
dengan perigkat berkategori spekulatif (speculative grade) yaitu BB-D
mempunyai risiko default yang tinggi karena kondisi keuangan
perusahaan buruk. Perusahaan dengan peringkat obligasi berkategori
investasi (investment grade) yaitu AAA-BBB mempunyai risiko default
rendah karena kondisi keuangan perusahaan baik.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda. Untuk mengetahui apakah laba berpengauh terhadap
return saham atau return obligasi (menguji hipotesis 1 dan 2) dilakukan
regresi dengan persamaan sebagai berikut.
R
it =
α
1
+ α
2
UE + e………………….(1)
CY
it
= β
1
+ β
2
UE + e……………….(2)
Keterangan:
R
it
= return saham perusahaan i pada periode t
CY
it
= return obligasi perusahaan i pada periode t
UE = unexpected earnings
Perusahaan
dikelompokkan
menurut
peringkat
obligasi
perusahaan. Regresi pada persamaan 1 dan 2 di atas dilakukan pada
kelompok perusahaan dengan peringkat berkategori investasi
(investment grade) dan spekulatif (speculative grade) untuk menguji
liquidation option hypotesis ( hipotesis 3 dan 4). Perbedaan pengaruh
laba terhadap return obligasi dan return saham pada kondisi keuangan
yang berbeda diuji dengan menggunakan two independent sample t-test.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Sampel penelitian ini berjumlah 105 observasi untuk periode
penelitian tahun 2001 sampai dengan 2005. Peneliti melakukan
trimming. Trimming dilakukan untuk mengeluarkan outlier dari sampel
dengan cara menghapus N data dari atas dan N data dari bawah (Foster,
1986), sehingga jumlah sampel terdiri atas 92 observasi. Tabel 2
menunjukkan statistik deskriptif.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean
Std
Deviation
N
Saham
,2367
,85110
92
Obligasi
,1783
,0602
92
UE
,3295
1,56043
92
Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel-variabel
dependen dan independen dalam analisis regresi untuk menguji
hipotesis. Rata-rata return saham sebesar 0,2349. Rata-rata return
obligasi adalah 0,1816. Rata-rata unexpected earnings adalah 0,3295.
Analisis Regresi
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan melakukan regresi pada
seluruh sampel penelitian menggunakan persamaan 1. Pengujian
hipotesis 3 dilakukan dengan melakukan regresi menggunakan
persamaan 1 pada kelompok sampel perusahaan yang mempunyai
rating investment dan speculative grade. Hasil regresi untuk pengujian
hipotesis 1 dan 2 ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Regresi Pengaruh Perubahan Laba terhadap Return Saham
R
it =
α
1
+ α
2
UE + e
α
1
α
2
t
p-value
Semua observasi
0,196 0,118
2,181 0,032
Pada rating investment (AAA-BBB)
0,0062 0,121
2,856 0,006
Pada rating speculative (BB – D)
0,714 0,0011 0,991 0,334
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada seluruh sampel,
perubahan laba berpengaruh secara signifikan terhadap return saham
(p<0,005). Hal itu mendukung hipotesis 1. Pada saat kondisi keuangan
perusahaan baik atau pada investement grade, perubahan laba
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Pada kondisi
keuangan perusahaan buruk atau pada speculative grade, perubahan
laba tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Pengujian
perbedaan koefisien α
investment
dan α
speculative
tidak dilakukan karena
α
investment
signifikan, sedangkan α
speculative
tidak signifikan. Hal ini
mendukung hipotesis 3 dan teori bahwa saham adalah residual claims
sehingga pada saat kondisi keuangan perusahaan baik, perubahan laba
lebih informatif bagi pemegang saham karena pendapatannya
dipengaruhi besar laba yang dihasilkan. Pada saat kondisi keuangan
perusahaan buruk, pemegang saham tidak akan menerima
pendapatannya dan kemungkinan melakukan opsi likuidasi meningkat
sehingga laba menjadi kurang informatif.
Pengujian selanjutnya adalah untuk mengetahui apakah
perubahan laba berpengaruh terhadap return obligasi. Hasil pengujian
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4
Hasil Regresi Pengaruh Perubahan Laba terhadap Return Obligasi
CY
it
= β
1
+ β
2
UE + e
Β
1
β
2
T
p-
value
Semua observasi
0,181 0,00017 -3,737 0,000
Pada rating investment (AAA-BBB)
0,156 0,000025 -0,084 0,934
Pada rating speculative (BB – D)
0,254 0,00012 -2,515 0,021
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada seluruh sampel,
perubahan laba berpengaruh secara signifikan terhadap return obligasi
(p<0,005). Hal itu mendukung hipotesis 2. Pada saat kondisi keuangan
perusahaan baik atau pada investment grade, perubahan laba tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return obligasi. Pada kondisi
keuangan perusahaan buruk atau pada speculative grade, perubahan
laba berpengaruh signifikan terhadap return obligasi. Pengujian
perbedaan koefisien β
speculative
dan β
investment
tidak dilakukan karena
β
speculative
signifikan, sedangkan β
investment
tidak signifikan. Hal ini
mendukung hipotesis 4 dan teori bahwa obligasi adalah fixed claims
sehingga pada saat kondisi keuangan perusahaan baik atau pada
investment grade, perubahan laba kurang informatif bagi pemegang
obligasi karena berapapun besar laba yang dihasilkan perusahaan,
pendapatan pemegang obligasi hanya sebesar kupon dan pokok
pinjaman. Pada saat kondisi keuangan perusahaan buruk laba lebih
informatif bagi pemegang obligasi.
V. SIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN
Simpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keinformatifan
laba di pasar obligasi dan saham serta menguji liquidation option
hypothesis. Saham dan obligasi mempunyai karakteristik yang berbeda.
Obligasi adalah fixed claims dan saham adalah residual claims sehingga
keinformatifan laba di pasar saham dan obligasi seharusnya berbeda.
Liquidation option hyothesis memprediksi bahwa pengaruh laba terhadap
return saham pada kondisi perusahaan baik lebih tinggi dibandingkan
dengan pengaruh laba terhadap return saham pada kondisi keuangan
perusahaan buruk dan pengaruh laba terhadap return obligasi pada
kondisi keuangan perusahaan baik lebih rendah dibandingkan dengan
pengaruh laba terhadap return obligasi pada kondisi keuangan
perusahaan buruk. Pengujian liquidation option hyothesis menggunakan
peringkat obligasi sebagai proxy kondisi keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis, bahwa perubahan laba
berpengaruh terhadap return saham dan obligasi. Penelitian ini juga
mendukung liquidation option hypothesis.
Implikasi dan Keterbatasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba informatif di pasar
obligasi, meskipun obligasi adalah fixed claims. Oleh karena itu
diharapkan perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan,
seperti auditor, akuntan, dan pihak lain tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas laba sehingga laba menjadi informasi yang bisa
digunakan untuk mengambil keputusan, baik investasi maupun kredit
Keterbatasan penelitian ini adalah penghitungan return obligasi
menggunakan data harga bulanan. Hal ini disebabkan oleh frekuensi
perdagangan obligasi di Indonesia yang masih jarang. Penelitian
selanjutnya perlu dilakukan untuk menguji konsistensi hasil dengan
memperpanjang periode penelitian dan memperbanyak sampel
penelitian, yaitu tidak hanya perusahaan manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R. dan P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting
Income Numbers. Journal of Accounting Research 6 (Autum),159-
178.
Baridwan, Zaki dan Ratna Candra Sari. 2005. Pengaruh Kualitas Laba
terhadap Yields Obligasi dengan Risiko Kredit sebagai Variabel
Pemoderasi. Thesis. Tidak Dipublikasikan.
Beaver, W.H. dan R.E. Dukes. 1972. Interperiod Tax Allocation, Earnings
Expectations, and Behaviour of Security Prices. The Accounting
Review 47, 320-333.
Bhojraj, Sanjeev dan Bhaskaran Swaminathan. 2003. How Does the
Corporate Bond Market Value Capital Investments and Accruals.
Working paper.
Datta, Sudip dan Upinder S. Dhillon. 1993. Bond and Stock Market
Responsse to Unexpected Earnings Announcements. Journal of
Financial and Quantitative Analysis 28, 565-577.
Dhaliwal, D dan Reynolds. 1994. The Effect of Default Risk of Debt on
The Earnings Responsse Coefficient. Journal of Accounting and
Economics11,143-181.
Faerber, Esme. 2000. Fundamentals of The Bond Market. McGraw-Hill.
FASB. 1996. Accounting Standards, Statement of Financial Accounting
Concepts. John Wiley & Sons, Inc.
Fischer, Paul E. dan Robert E. Verrecchia. 1997. The Effect of Limited
Liability on The Market Responsse to Disclosure. Contemporary
Accounting Research 14, 515-541.
Foster, George.1986. Financial Statement Analysis. Prentice-Hall
International Inc.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics 3
rd
Edition. Mc-Graw Hill
International Edition.
Jensen, M.C. dan W.H Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, agency Cost and Ownership Stucture. Journal of Financial
Economics3, 305-360.
Khurana, Inder K. dan K.K Raman. 2003. Are Fundamentals Priced in
the Bond Market? Contemporary Acounting Research Vol 20. No.3,
465-494.
O’ Bryan, David., Jeffrey J.Quirin dan Kevin T.Berry. 1999. The Role of
Accruals and Cash Flow in the Corporate Bond Market. The Mid-
Atlantic Journal of Business 35, 189-202.
Plummer, C. Elizabeth dan Senyo Y.Tse. 1999. The Effect of Limited
Liability on the Informativeness of Earnings: Evidence from the
Stock and Bond Markets. Contemporary Accounting Research 16,
541-574.
Sloan, R.G. 1996. Do stock prices fully reflect information in accruals
and cash flows about future earnings? The Accounting Review (July),
289-315.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000. Accounting
Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western
College Publishing.
Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication.
2004. Pasar Obligasi Indonesia 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar